Prinsip - Prinsip Belajar
Diposting oleh
sherlyrachmasanie.blogspot.com
on Senin, 14 Januari 2013
/
Comments: (1)
FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
Diposting oleh
sherlyrachmasanie.blogspot.com
on Jumat, 14 Desember 2012
/
Comments: (19)
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses
yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku
atau kecakapan. Sampai dimanakah perubahan itu dapat tercapai atau dengan kata
lain, berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam
faktor.
Secara umum faktor-faktor yag mempengaruhi proses
hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses individu
sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
Tugas utama seorang Guru adalah membelajarkan siswa.
Ini berarti bahwa bila Guru bertindak mengajar, maka diharapkan siswa untuk
mampu belajar. Hal-hal seperti berikut, diantaranya Guru telah mengajar dengan
baik, ada siswa yang belajar dengan giat, siswa yang berpura-pura belajar,
siswa yang belajar dengan setengah hati, bahkan adapula siswa yang sesungguhnya
tidak belajar. Maka dari itu, sebagai Guru yang professional harus berusaha mendorong
siswa agar belajar dengan baik.
Terdapat bermacam-macam hal yang menyebabkan siswa
tidak belajar seperti siswa yang enggan belajar karena latar belakang keluarga,
lingkungan, maupun situasi dan kondisi di kelas. Ada siswa yang sukar
memusatkan perhatian ketika Guru mengajarkan topik tertentu adapula siswa yang
giat belajar karena dia bercita-cita menjadi seorang ahli. Keadaan tersebut
menggambarkan bahwa pengetahuan tentang masalah-masalah belajar dalam
faktor-faktor belajar merupakan hal yang sangat penting diketahui bagi seorang
Guru dan calon Guru.
1.2 Tujuan
Tujuan utama dibuatnya makalah ini tak lain dan tak
bukan adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses
belajar.
1.3 Rumusan Masalah
- Faktor-faktor apa
sajakah yang mempengaruhi belajar?
- Faktor apa sajakah yang
merupakan faktor eksternal ?
- Faktor apa sajakah yang
termasuk kedalam kategori sosial ?
- Faktor apa sajakah yang
termasuk kedalam kategori non-sosial ?
BAB II
ISI
Prestasi belajar yang dicapai
seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri
(faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya
dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang
sebaik-baiknya. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses
belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
1. Faktor
Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal
ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
1.
Faktor
fisiologis
Faktor-faktor
fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya
sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan
bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.
Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya
hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu, keadaan tonus jasmani sangat mempengaruhi
proses belajar dan perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Cara untuk
menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah:
a.
Menjaga pola makan yang sehat dengan
memperhatikan nutrisi yang masuk kedalam tubuh, karena kekurangan gizi
atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan mengantuk,
sehingga tidak ada gairah untuk belajar.
b.
Rajin berolahraga agar tubuh selalu
bugar dan sehat.
c.
Istirahat yang cukup dan sehat.
Kedua, keadaan
fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi
fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca
indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas
belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk
bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia
dapat menangkap dunia luar. Panca indera yang memiliki peran besar dalam
aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun
siswa perlu menjaga panca indera dengan baik, baik secara preventif maupun
kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan,
memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik, mengkonsumsi
makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.
2.
Faktor
psikologis
Faktor–faktor
psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses
belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar
adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
-
Kecerdasan/intelegensi
siswa
Pada umumnya
kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan
atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian,
kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga
organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya
otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi
otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hampir
seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan
merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa,
karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi intelegensi
seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam
belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit
individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan
belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai
faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka
pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon
guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasannya.
Para ahli
membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat
IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill
sebagai berikut:
Distribusi
Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision
Tingkat Kecerdasan (IQ)
|
Klasifikasi
|
140 - 169
|
Amat
superior
|
120 - 139
|
Superior
|
110 - 119
|
Rata-rata
tinggi
|
90 - 109
|
Rata-rata
|
80 - 89
|
Rata-rata
rendah
|
70 - 79
|
Batas
lemah mental
|
20 - 69
|
Lemah
mental
|
Dari tabel tersebut, dapat diketahui
ada tujuh penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu:
a.
Kelompok kecerdasan amat superior
(very superior) merentang antara IQ 140 - 169
b.
Kelompok kecerdasan superior
merentang antara IQ 120 - 139
c.
Kelompok rata-rata tinggi (high
average) merentang antara IQ 110 - 119
d.
Kelompok rata-rata (average)
merentang antara IQ 90 - 109
e.
Kelompok rata-rata rendah (low average)
merentang antara IQ 80 - 89
f.
Kelompok batas lemah mental
(borderline defective) berada pada IQ 70 - 79
g.
Kelompok kecerdasan lemah mental
(mentally defective) berada pada IQ 20 - 69, yang termasuk dalam kecerdasan
tingkat ini antara lain debil, imbisil, dan idiot.
Pemahaman
tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh orang tua dan guru atau
pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau
psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan
yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin lemah mental.
Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga
untuk memprediksi kamampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat
kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan
yang akan diberikan kepada siswa.
-
Motivasi
Motivasi adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli
psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang
aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin,
1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan
keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari sudut
sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa
yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca karena membaca
tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannyatetapi sudah mejadi kebutuhannya.
Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena
motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari
luar(ekstrinsik).
Menurut
Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk
belajar anatara lain adalah:
a.
Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki
dunia yang lebih luas
b.
Adanya sifat positif dan kreatif
yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju
c.
Adanya keinginan untuk mencapai
prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang
tua, saudara, guru, dan teman-teman.
d.
Adanya kebutuhan untuk menguasai
ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya.
Motivasi
ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberikan
pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata
tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungansecara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.
-
Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang
berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni :
1. Menerima kesan,
2. Menyimpan kesan, dan
3. Memproduksi kesan.
Mungkin
karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai
kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.
Kecakapan
merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah,
subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya. Dalam konteks
pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya
teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai
dengan alat peraga kesannya akan lebih dalam pada siwa. Di samping itu,
pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga
lebih mengesankan bagi siswa, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus
atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat
nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.
Hal lain
dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan ini tidak
sama kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum
terjadi pada siapapun juga : bahwa segera setelah seseorang selesai melakukan
tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada
awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban,
dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu
yang relatif lama. Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut
kalangan psikolog pendidikan, siswa harus mengulang-ulang hal yang dipelajari
dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam
proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi subjek didik
untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang telah
dipelajarinya. Hal ini, misalnya, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah
satu submaterial pembelajaran selesai.
Kemampuan
reproduksi, yakni pengaktifan atau proses produksi ulang hal-hal yang telah
dipelajari, tidak kalah menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, hal-hal
yang telah dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan
tertentu siswa, misalnya kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam
ujian, atau untuk merespon tantangan-tantangan dunia sekitar.
Pendidik dapat mempertajam kemampuan siswa dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas material pembelajaran yang telah diberikan.
Pendidik dapat mempertajam kemampuan siswa dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas material pembelajaran yang telah diberikan.
-
Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang popular dalam
psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai factor internal
lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.
Namun
lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi,
karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat
atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas,
seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar
tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk
membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara
lain:
1. Dengan membuat materi yang akan
dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku
materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplore apa yang
dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif,
psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang
menarik saat mengajar.
2.
Pemilihan
jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan
atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
- Sikap
Dalam
proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses
belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap
terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun
negatif (Syah, 2003).
Sikap juga
merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri
sesuia dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan
terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh
kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau
mengabaikan kesempatan belajar tersebut.
Sikap
siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang
pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk
mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya
berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap
profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha
memberikan yang terbaik bagi siswanya, berusaha mengembangkan kepribadian
sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha
untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga
membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan,
meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang dipelajarinya bermanfaat bagi diri
siswa.
- Bakat
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah
bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial
yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang
(Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat
sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian,
bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen yang diperlukan
dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang
yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya
sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada
dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi
belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga
diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa
tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat
tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat
yang mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena
belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para
pendidik, orangtua, dan guru perlu memperhatikan dan memahami bakat yang
dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung, ikut
mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai
dengan bakatnya.
3. Konsentrasi Belajar
Konsentrasi
belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan
perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.
Untuk memperkuat perhatian pada
pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam – macam strategi belajar-mengajar,
dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat. Dalam pengajaran
klasikal, menurut Rooijakker, kekuatan perhatian selama tiga puluh menit telah
menurun. Ia menyarankan agar guru memberikan istirahat selingan beberapa menit.
Dengan selingan istirahat tersebut, prestasi belajar siswa meningkat kembali.
Turunnya perhatian dan prestasi belajar tersebut yaitu sebagai berikut :
A B
Kecenderungan naik turunya Kecenderungan naik turunnya perhatian
perhatian
Prestasi
Belajar selingan
Menit menit
10 20
30 40 50 10
20 30 40 50
“ Tingkat Prestasi Belajar dan
Kekuatan Perhatian dalam waktu 50 menit pada Pengajaran Klasikal”.
Dari data tersebut, dapat disimpulkan
bahwa perhatian siswa meningkat pada 15 – 20 menit pertama, kemudian turun pada
15 – 20 menit kedua. Selanjutnya meningkat dan menurun kembali. Kecenderungan
menurunnya perhatian terjadi, sejajar dengan lama waktu belajar. Oleh karena
itu, disarankan 10 menit waktu digunakan dengan memberikan selingan istirahat,
maka perhatian dan prestasi belajar dapat ditingkatkan.
4. Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri timbul dari keinginan
mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya
diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar
diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “ perwujudan diri “
yang diakui oleh guru dan teman- temannya. Semakin sering berhasil
menyelesaikan tugas, maka semakin besar pula memperoleh pengakuan dari umum dan
selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat. Dan hal yang sebaliknya pun dapat
terjadi. Kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya
diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka diduga siswa akan menjadi
takut belajar. Rasa takut belajar tersebut terjalin secara komplementer dengan
rasa takut gagal lagi. Maka, guru sebaiknya mendorong keberanian siswa secara
terus – menerus, memberikan bermacam – macam penguat dan memberikan pengakuan
dan kepercayaan bagi siswa.
5. Kebiasaan Belajar
Dalam kegiatan sehari – hari ditemukan
adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara
lain:
- Belajar pada akhir semester
- Belajar tidak teratur
- Menyia - nyiakan kesempatan belajar
- Bersekolah hanya untuk bergengsi
- Dating terlambat bergaya seperti pemimpin
- Bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain,
- Bergaya minta “ belas kasihan “ tanpa belajar.
Kebiasaan – kebiasaan buruk tersebut dapat
ditemukan di sekolah yang ada di kota besar, kota kecil, pedesaan dan sekolah –
sekolah lain. Untuk sebagian orang, kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh
ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal seperti ini
dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.
6. Cita – cita Siswa
Pada umumnya, setiap anak memiliki suatu
cita – cita dalam hidup. Cita – cita itu merupakan motivasi instrinsik. Tetapi,
ada kalanya “ gambaran yang jelas “ tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada.
Akibatnya, siswa hanya berprilaku ikut – ikutan.
Cita – cita sebagai motivasi instrinsik
perlu dididikan. Penanaman memiliki cita –cita harus dimulai sejak sekolah
dasar. Di sekolah menengah didikan pemilikan dan pencapaian cita – cita sudah
semakin terarah. Cita –cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri
siswa. Penanaman pemilikan dan pencapaian cita –cita sudah sebaiknya berpangkal
dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang sederhana ke yang semakin
sulit.
Dengan mengaitkan pemilikan cita – cita
dengan kemampuan berprestasi, maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai
dengan kemampuan dirinya sendiri.
2. Faktor-faktor eksogen/eksternal
Selain
karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga
dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan
bahwa faktor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu factor lingkungan social dan factor lingkungan
nonsosial.
1. Lingkungan sosial
a. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru
, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar
seorang siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi
siswa untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat
menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi
siswa untuk belajar.
b. Lingkungan sosial massyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar
siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga
dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika
memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang
kebetulan belum dimilkinya.
c. Lingkungan sosial keluarga.
Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga,
sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga,
semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan
anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan
membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2. Lingkungan non sosial.
Faktor-faktor
yang termasuk lingkungan nonsosial adalah;
a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi
udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu
silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang.
Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan factor-faktor yang dapat memengaruhi
aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak
mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
b. Faktor instrumental,yaitu perangkat
belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung
sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain
sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan
sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.
c. Faktor materi pelajaran (yang
diajarkan ke siswa). Factor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan
siswa begitu juga denganmetode mengajar guru, disesuaikandengan kondisi
perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang
postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi
pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan
konsdisi siswa.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Faktor- faktor
yang mempengaruhi proses belajar terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal
ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi balajar
dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan nonsosial.
Faktor-faktor fisiologis adalah
faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor–faktor
psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses
belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar
adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
Faktor-faktor eksternal yang
meliputi lingkungan social diantaranya faktor sekolah, masyarakat, dan
keluarga. Sedangkan faktor eksternal lingkungan non-sosial diantaranya
lingkungan alamiah, instrumental, dan mata pelajaran.
2. Saran
Kita sebagai calon guru professional
harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses belajar anak.
Hal tersebut dimaksudkan agar kita bias memahami masalah belajar yang dimiliki
anak, dan bias memberikan solusi pemecahannya.
Selain itu dengan mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar anak guru akan dapat memilih
metode atau pendekatan yang dalam pelaksanaan pembelajaraan.