RSS

Pengembangan Keterampilan Vokabuler Sosial


Apa dan mengapa vokabuler sosial?
Vokabuler atau vokabularium sosial yang dimaksud disini adalah semua kata, perbendaharaan kata atau kosa kata yang biasa digunakan dalam IPS. Setiap mata pelajaran memiliki vokabuler masing-masing, misalnya himpunan, bilangan genap, bilangan ganjil, bilangan prima merupakan vokabuler dalam Matematika.
Rendahnya penguasaan vokabuler IPS merupakan salah satu penyebab utama rendahnya pemahaman dan banyaknya kesalahan membaca dalam IPS. Apalagi apabila para penulis buku IPS menyuguhkan kata-kata yang dirasakan sulit (asing) bagi para pembaca (siswa). Kesulitan ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya, kata-kata tersebut belum waktunya dikenal oleh siswa karena belum sesuai dengan tingkat perkembangan usianya. Meskipun demikian, apabila seseorang berbicara atau menulis tentang konsep-konsep IPS, maka vokabuler yang tepat haruslah digunakan. Berikut ini adalah jenis kata atau istilah vokabuler sosial yang sering muncul dalam IPS sehingga perlu dikenal.
Ø  Istilah teknis, ialah istilah, kata-kata, atau ungkapan yang asing bagi IPS dan biasanya dijumpai ketika membaca. Misalnya: veto, meridian, legislative, temperature, plato (dataran tinggi), kapitalisme, demokrasi, abad, kuno, peradaban, dsb.
Ø  Istilah figuratif (kiasan), ialah ungkapan yang bersifat metaporis; memiliki konotasi berbeda dari arti harfiah yang biasa digunakan. Misalnya: flatform politik, perang dingin, pemimpin tangan besi, balas jasa, politik pintu terbuka, politik adu domba (devide et impera), dsb.
Ø  Kata-kata yang berarti ganda, ialah kata-kata yang memiliki ejaan yang sama tetapi memiliki makna berbeda sesuai dengan konteks. Misalnya: kamar, kursi, meja hijau, dsb.
Ø  Istilah-istilah khas untuk suatu wilayah tertentu, ialah ungkapan-ungkapan khusus di suatu wilayah tertentu yang tidak biasa digunakan di tempat lain. Misalnya: desa, udik, marga, nagari, dsb.
Ø  Kata-kata yang sama atau hampir sama pengucapannya, ialah kata-kata yang sama atau hampir sama baik ucapan maupun penulisannya namun maknanya berbeda. Misalnya: malang dengan Kota Malang, KKN (kuliah kerja nyata) dengan KKN (korupsi, kolusi, nepotisme),dsb.
Ø  Akronim, ialah kata-kata singkatan. Misalnya: OPEC, ASEAN, KADIN, DEPDIKNAS, dsb.
Ø  Istilah-istilah penjumlahan, ialah kata-kata atau istilah yang menunjukkan jumlah waktu, ruang, atau objek. Misalnya: tak lama kemudian, abad, windu, beberapa tahun kemudian, dsb.
Apabila siswa dihadapkan dengan persoalan seperti ini didalam kelas, maka guru perlu mengantisipasi istilah atau kata-kata apa saja yang dianggap sulit oleh siswa ketika siswa membaca buku teks. Dalam hal ini, ada dua jenis masalah vokabuler dalam IPS yang hendaknya diantisipasi oleh guru. Pertama, ketidakcakapan mengenal jenis kata; dan kedua, ketidaktahuan arti kata setelah ia mengenal jenis kata. Oleh karena itu, kata dan istilah baruhendaknya disajikan dan dikembangkan dalam konteks kalimat, bukan dalam pengertian kata demi kata.
Pengembangan vokabulersosial dalam PS hendaknya dilakukan oleh guru dalam kondisi ketika motivasi siswa sedang tinggi untuk belajar. Belajar kosa kata dengan cara menghafal atau melihat kamus sebelum membaca buku teks bukanlah cara yang tepat sehingga tak satupun ahli menganjurkan cara seperti ini. Strategi yang dianggap tepat sebagaimana dianjurkan oleh Jarolimek & Parker (1993) adalah dengan cara menuliskan kata-kata atau istilah kunci pada suatu kalimat dan mendiskusikan maknanya. Dengan cara demikian maka para siswa dibawah bimbingan guru dapat memilih istilah atau kata apa saja yang bermakna untuk membaca materi selanjutnya.
Disamping itu, perlu juga diperhatikan oleh guru bahwa melatih rasa sensitive bagi siswa dan menaruh perhatian terhadap istilah dan kata-kata baru  sangatlah penting. Rasa ingin tahu yang tinggi terhadap kata atau istilah baru merupakan aspek yang perlu dikembangkan untuk mencapai target keberhasilan dalam membaca. Guru-guru hendaknya mendorong para siswa agar menggunakan vokabuler sosial dalam proses belajar mengajar IPS baik dalam diskusi maupun dalam tulisan atau karangan.
Untuk melatih para siswa di bidang ini, guru dapat melibatkan siswa dalam permainan kata-kata. Misalnya, guru menyajikan teka-teki, persamaan atau lawan kata, menyajikan teka-teki silang, atau menyusun kata-kata agar membentuk makna. Kegiatan-kegiatan seperti ini akan sangat membantu dalam mengenali kata-kata atau istilah baru. Adanya papan berlatih yang menyajikan informasi baru termasuk istilah-istilah baru dapat mendukung dalam pengembangan vokabuler sosial bagi siswa.
Proses mengkombinasikan kata atau istilah baru yang telah diketahui artinya dengan cara menyusun sehingga membentuk kata baru dan memaknainya merupakan teknik yang membantu memperkaya vokabuler. Teknik yang dapat dilakukan adalah dengan cara menambahkan awalan atau akhiran pada kata dasar. Misalnya, kata “daya”  dapat dibentuk menjadi berdaya, pemberdayaan, memberdayakan, “dikte” dapat dibentuk menjadi mendikte, “diktator” dapat dibentuk menjadi kediktatoran, “adab” dapat dibentuk menjadi beradab, biadab, peradaban, dsb.

0 komentar:

Posting Komentar